Senin, 06 Februari 2017


             Memahami Arti Pendidikan 

  Pendidikan merupakan salah satu isu yang paling banyak dibicarakan di berbagai belahan dunia. Pendidikan kerap dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengukur kemajuan suatu bangsa. Banyak bisa berangkat dari Timur ke Barat ataupun sebaliknya untuk menempuh jenjang pendidikan yang dinilai lebih bergengsi dibandingkan daerah asalnya. Mereka rela berpisah dari orang-orang yang dicintai demi pendidikan.
             Bersempena Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2015 ini, mari kita menyimak berbagai pendapat para ahli tentang arti dari kata Pendidikan. Dengan memahami arti pendidikan menurut para ahli, setidaknya kita tidak sekedar hanya mampu mengucapkan kata Pendidikan saja, tetapi lebih dari itu, menerapkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang hendak kita capai.
Beberapa ahli pendidikan  banyak yang mengartikan pengertian pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan cukup beragam, sehingga terjadi perbedaan tergantung dari sudut dan perspektif mana tokoh itu memandangnya. Walaupun terdapat perbedaan pendapat tentang apa itu  pendidikan, namun secara umum terdapat kesamaan di dalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.
Secara etimologi kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang mendapat  awalan "pe" dan akhiran "an" , maka jadilah kata pendidikan . Dari Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata ”pedagogi” yaitu  kata ”paid”  yang artinya anak dan ”agogos” yang artinya membimbing,  sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ”ilmu dan seni membimbing anak
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional,  pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana  belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sedangkan menurut Wikipedia, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat.
Dari segi epistimologi,  para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan.   Prof Zaharai Idris M A misalnya, mengatakan bahwa pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Prof Dr MJ Langeveld mengatakan bahwa Pendidikan ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya. Ahmad D Marimba berpendapat bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.  Sedangkan KH Dewantara mengartikan pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak
Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan  dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup.
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Konsep yang lebih jelas dituangkan adalah pendidikan yang dirumuskan dalam UU RI No 2 th 1989. Bab 1, pasal 1. butir 1 :  Pendidikan ialah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan  atau latihan bagi peranan masa yang akan datang.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
            Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 16) ,menjelaskan bahwa :"Pendidikan secara umum adalah  segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pengertian Pendidikan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002 :263).menjelaskan bahwa :"Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Pengertian Pendidikan menurut  John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M).menjelaskan bahwa :"Pendidikan adalah meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Pengertian Pendidikan menurut  Edgar Dalle,  menjelaskan bahwa :"Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
Pengertian Pendidikan menurut Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah) , menjelaskan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.”
Pengertian Pendidikan menurut Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) menjelaskan bahwa : "Pendidikan adalah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
Pengertian Pendidikan menurut  Prof. Richeydalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan bahwa : "Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.

 

Pendidikan Karakter - Semua masyarakat di dunia ini pasti ingin agar pendidikan di negaranya dapat menghasilkan generasi penerus yang dapat membawa negaranya kearah perubahan yang lebih baik, begitu pula dengan Indonesia. Saat ini kita sering mendengar kata pendidikan berkarakter, dan kita yang memang berada di dunia pendidikan tak jarang masih juga belum memahami arti, pengertian, tujuan, nilai-nilai, prinsip, strategi, metode, dan cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pendidikan berkarakter ini. Oleh karena itu, pada postingan kali ini, admin ingin mengajak semua pembaca untuk ikut ambil bagia dalam proses pendidikan di Indonesia, mungkin akan sangat membosankan bagi Anda semua, tetapi jika bukan kita yang membangkitkan dunia pendidikan kita sendiri, siapa lagi ?, kita tidak bisa selamanya mengharapkan agar pemerintah yang selalu turun tangan dalam urusan ini. Jika segala usaha telah dilakukan pemerintah, namun sebagai masyarakat kita tidak berbuat apa-apa sama saja tidak ada artinya. Baiklah, agar tidak terlalu lama intermezzonya langsung saja kita bahas masalah pendidikan berkarakter ini. A. Pengertian Pendidikan Karakter Secara bahasa, karakter dapat pula dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, perilaku/tingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya, yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan, karena : Pertama, KTSP didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan peserta didikan dimasing-masing satuan pendidikan. Kedua, Tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikutui pendidikan lebih lanjut. Ketiga, Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi peserta didik didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan kita bias menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusian. Menurut Foerster ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter : 1. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. 2. Koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. 3. Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. ”Orang-orang modern sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior daninterior. ” Karakter inilah yang menentukan norma seorang pribadi dalam segala tindakannya. B. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur. Tujuan Pendidikan Karakter meliputi : 1. Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepaatan sosial dan religiositas agama. 2. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa. 3. Memupuk kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial. 4. Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 5. Agar siswa memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan pengahargaan harkat dan martabat manusia. C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan karakternya yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai di atas diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka,artinya masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi sekolah. Misalnya: taqwa kepada Tuhan, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan, dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama.. D. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan karakter Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja di sekolah tersebut. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang individu bisa mengubah dunia. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. E. Strategi dan Metodologi Pendidikan Karakter Strategi yang diterapkan oleh pendidikan karakter yaitu dengan menggunakan strategi terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai karakter dapat disampaikan melalui mata pelajaran: agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), pendidikan jasmani dan olah raga, IPS, bahasa Indonesia dan pengembangan diri. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh harus menentukanmetode yang dipakai, sehingga tujuan pendidikan karakter itu akansemakin terarah dan efektif. Adapun unsur-unsur yag harus dipertimbangkan dalam menentukan metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter antara lain : Mengajar, yaitu dengan cara mengajarkan nilai-nilai itu sehingga peserta didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bias dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. Keteladanan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, kepalasekolah, dan staf administrasi disekolah yang dapat dijadikan sebagai model teladan bagi siswa.Karena siswa akan lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Menentukan prioritas, yaitu setiap yang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan yang ingin menekankan pendidikan karakter juga harus memahami secara jernih prioritas nilai apakah yang ingin ditekankan dalam pendidikan karakter dalam satuan pendidikan tertentu. Refleksi, yaitu mengadakan semacam pendalaman, refleksi untuk melihat sejauh mana satuan pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikankarakter. Metode-metode yang bisa diterapkan dalam pendidikan karakter misalnya dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (InculcationApproach), perkembangan moral kognitif, analisis nilai (Values Analysis Approach), klarifikasi nilai, pembelajaran berbuat (ActionLearning Approach), Student Active Learning, Developmentally Appropriate Pro Contextual Learning yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. F. Penilaian Pendidikan Karakter Penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan serta perkembangan karakter yang dicapai siswa. Tujuan penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai yang dirumuskan sebagai standar minimal telah dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dihayati, diamalkan, diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan karakter lebih dititik beratkan kepada keberhasilan penerimaan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai karakter yangditerapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu maupun kelompok. Cara penilaian pendidikan karakter pada peserta didik dilakukan oleh semua guru. Penilaian dilakukan setiap saat, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, dikelas maupun di luar kelas dengan cara pengamatan dan pencatatan. Instrumen penilaian dapat berupa lemabar observasi, lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list, dan lembar pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh dari berbagai teknik penilaian kemudian dianalisis oleh guru untuk memperoleh gambaran tentang karakter peserta didik. Gambaran menyeluruh tersebut kemudian dilaporkan sebagai suplemen buku rapor oleh wali kelas. Peningkatkan Mutu Pendidikan Karakter Di Jenjang Pendidikan Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak dilingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.

Source: http://www.majalahsiantar.net/2012/06/memahami-pendidikan-karakter.html

Check This Out..
Pendidikan Karakter - Semua masyarakat di dunia ini pasti ingin agar pendidikan di negaranya dapat menghasilkan generasi penerus yang dapat membawa negaranya kearah perubahan yang lebih baik, begitu pula dengan Indonesia. Saat ini kita sering mendengar kata pendidikan berkarakter, dan kita yang memang berada di dunia pendidikan tak jarang masih juga belum memahami arti, pengertian, tujuan, nilai-nilai, prinsip, strategi, metode, dan cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pendidikan berkarakter ini. Oleh karena itu, pada postingan kali ini, admin ingin mengajak semua pembaca untuk ikut ambil bagia dalam proses pendidikan di Indonesia, mungkin akan sangat membosankan bagi Anda semua, tetapi jika bukan kita yang membangkitkan dunia pendidikan kita sendiri, siapa lagi ?, kita tidak bisa selamanya mengharapkan agar pemerintah yang selalu turun tangan dalam urusan ini. Jika segala usaha telah dilakukan pemerintah, namun sebagai masyarakat kita tidak berbuat apa-apa sama saja tidak ada artinya. Baiklah, agar tidak terlalu lama intermezzonya langsung saja kita bahas masalah pendidikan berkarakter ini. A. Pengertian Pendidikan Karakter Secara bahasa, karakter dapat pula dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, perilaku/tingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya, yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan, karena : Pertama, KTSP didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan peserta didikan dimasing-masing satuan pendidikan. Kedua, Tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikutui pendidikan lebih lanjut. Ketiga, Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi peserta didik didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan kita bias menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusian. Menurut Foerster ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter : 1. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. 2. Koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. 3. Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. ”Orang-orang modern sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior daninterior. ” Karakter inilah yang menentukan norma seorang pribadi dalam segala tindakannya. B. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur. Tujuan Pendidikan Karakter meliputi : 1. Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepaatan sosial dan religiositas agama. 2. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa. 3. Memupuk kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial. 4. Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 5. Agar siswa memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan pengahargaan harkat dan martabat manusia. C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan karakternya yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai di atas diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka,artinya masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi sekolah. Misalnya: taqwa kepada Tuhan, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan, dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama.. D. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan karakter Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja di sekolah tersebut. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang individu bisa mengubah dunia. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. E. Strategi dan Metodologi Pendidikan Karakter Strategi yang diterapkan oleh pendidikan karakter yaitu dengan menggunakan strategi terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai karakter dapat disampaikan melalui mata pelajaran: agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), pendidikan jasmani dan olah raga, IPS, bahasa Indonesia dan pengembangan diri. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh harus menentukanmetode yang dipakai, sehingga tujuan pendidikan karakter itu akansemakin terarah dan efektif. Adapun unsur-unsur yag harus dipertimbangkan dalam menentukan metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter antara lain : Mengajar, yaitu dengan cara mengajarkan nilai-nilai itu sehingga peserta didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bias dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. Keteladanan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, kepalasekolah, dan staf administrasi disekolah yang dapat dijadikan sebagai model teladan bagi siswa.Karena siswa akan lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Menentukan prioritas, yaitu setiap yang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan yang ingin menekankan pendidikan karakter juga harus memahami secara jernih prioritas nilai apakah yang ingin ditekankan dalam pendidikan karakter dalam satuan pendidikan tertentu. Refleksi, yaitu mengadakan semacam pendalaman, refleksi untuk melihat sejauh mana satuan pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikankarakter. Metode-metode yang bisa diterapkan dalam pendidikan karakter misalnya dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (InculcationApproach), perkembangan moral kognitif, analisis nilai (Values Analysis Approach), klarifikasi nilai, pembelajaran berbuat (ActionLearning Approach), Student Active Learning, Developmentally Appropriate Pro Contextual Learning yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. F. Penilaian Pendidikan Karakter Penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan serta perkembangan karakter yang dicapai siswa. Tujuan penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai yang dirumuskan sebagai standar minimal telah dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dihayati, diamalkan, diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan karakter lebih dititik beratkan kepada keberhasilan penerimaan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai karakter yangditerapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu maupun kelompok. Cara penilaian pendidikan karakter pada peserta didik dilakukan oleh semua guru. Penilaian dilakukan setiap saat, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, dikelas maupun di luar kelas dengan cara pengamatan dan pencatatan. Instrumen penilaian dapat berupa lemabar observasi, lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list, dan lembar pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh dari berbagai teknik penilaian kemudian dianalisis oleh guru untuk memperoleh gambaran tentang karakter peserta didik. Gambaran menyeluruh tersebut kemudian dilaporkan sebagai suplemen buku rapor oleh wali kelas. Peningkatkan Mutu Pendidikan Karakter Di Jenjang Pendidikan Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak dilingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.

Source: http://www.majalahsiantar.net/2012/06/memahami-pendidikan-karakter.html

Check This Out..
Pendidikan Karakter - Semua masyarakat di dunia ini pasti ingin agar pendidikan di negaranya dapat menghasilkan generasi penerus yang dapat membawa negaranya kearah perubahan yang lebih baik, begitu pula dengan Indonesia. Saat ini kita sering mendengar kata pendidikan berkarakter, dan kita yang memang berada di dunia pendidikan tak jarang masih juga belum memahami arti, pengertian, tujuan, nilai-nilai, prinsip, strategi, metode, dan cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pendidikan berkarakter ini. Oleh karena itu, pada postingan kali ini, admin ingin mengajak semua pembaca untuk ikut ambil bagia dalam proses pendidikan di Indonesia, mungkin akan sangat membosankan bagi Anda semua, tetapi jika bukan kita yang membangkitkan dunia pendidikan kita sendiri, siapa lagi ?, kita tidak bisa selamanya mengharapkan agar pemerintah yang selalu turun tangan dalam urusan ini. Jika segala usaha telah dilakukan pemerintah, namun sebagai masyarakat kita tidak berbuat apa-apa sama saja tidak ada artinya. Baiklah, agar tidak terlalu lama intermezzonya langsung saja kita bahas masalah pendidikan berkarakter ini. A. Pengertian Pendidikan Karakter Secara bahasa, karakter dapat pula dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, perilaku/tingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya, yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan, karena : Pertama, KTSP didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan peserta didikan dimasing-masing satuan pendidikan. Kedua, Tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikutui pendidikan lebih lanjut. Ketiga, Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi peserta didik didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan kita bias menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusian. Menurut Foerster ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter : 1. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. 2. Koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. 3. Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. ”Orang-orang modern sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior daninterior. ” Karakter inilah yang menentukan norma seorang pribadi dalam segala tindakannya. B. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur. Tujuan Pendidikan Karakter meliputi : 1. Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepaatan sosial dan religiositas agama. 2. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa. 3. Memupuk kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial. 4. Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 5. Agar siswa memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan pengahargaan harkat dan martabat manusia. C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan karakternya yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai di atas diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka,artinya masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi sekolah. Misalnya: taqwa kepada Tuhan, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan, dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama.. D. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan karakter Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja di sekolah tersebut. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang individu bisa mengubah dunia. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. E. Strategi dan Metodologi Pendidikan Karakter Strategi yang diterapkan oleh pendidikan karakter yaitu dengan menggunakan strategi terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai karakter dapat disampaikan melalui mata pelajaran: agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), pendidikan jasmani dan olah raga, IPS, bahasa Indonesia dan pengembangan diri. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh harus menentukanmetode yang dipakai, sehingga tujuan pendidikan karakter itu akansemakin terarah dan efektif. Adapun unsur-unsur yag harus dipertimbangkan dalam menentukan metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter antara lain : Mengajar, yaitu dengan cara mengajarkan nilai-nilai itu sehingga peserta didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bias dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. Keteladanan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, kepalasekolah, dan staf administrasi disekolah yang dapat dijadikan sebagai model teladan bagi siswa.Karena siswa akan lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Menentukan prioritas, yaitu setiap yang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan yang ingin menekankan pendidikan karakter juga harus memahami secara jernih prioritas nilai apakah yang ingin ditekankan dalam pendidikan karakter dalam satuan pendidikan tertentu. Refleksi, yaitu mengadakan semacam pendalaman, refleksi untuk melihat sejauh mana satuan pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikankarakter. Metode-metode yang bisa diterapkan dalam pendidikan karakter misalnya dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (InculcationApproach), perkembangan moral kognitif, analisis nilai (Values Analysis Approach), klarifikasi nilai, pembelajaran berbuat (ActionLearning Approach), Student Active Learning, Developmentally Appropriate Pro Contextual Learning yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. F. Penilaian Pendidikan Karakter Penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan serta perkembangan karakter yang dicapai siswa. Tujuan penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai yang dirumuskan sebagai standar minimal telah dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dihayati, diamalkan, diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan karakter lebih dititik beratkan kepada keberhasilan penerimaan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai karakter yangditerapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu maupun kelompok. Cara penilaian pendidikan karakter pada peserta didik dilakukan oleh semua guru. Penilaian dilakukan setiap saat, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, dikelas maupun di luar kelas dengan cara pengamatan dan pencatatan. Instrumen penilaian dapat berupa lemabar observasi, lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list, dan lembar pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh dari berbagai teknik penilaian kemudian dianalisis oleh guru untuk memperoleh gambaran tentang karakter peserta didik. Gambaran menyeluruh tersebut kemudian dilaporkan sebagai suplemen buku rapor oleh wali kelas. Peningkatkan Mutu Pendidikan Karakter Di Jenjang Pendidikan Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak dilingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.

Source: http://www.majalahsiantar.net/2012/06/memahami-pendidikan-karakter.html

Check This Out..
Pendidikan Karakter - Semua masyarakat di dunia ini pasti ingin agar pendidikan di negaranya dapat menghasilkan generasi penerus yang dapat membawa negaranya kearah perubahan yang lebih baik, begitu pula dengan Indonesia. Saat ini kita sering mendengar kata pendidikan berkarakter, dan kita yang memang berada di dunia pendidikan tak jarang masih juga belum memahami arti, pengertian, tujuan, nilai-nilai, prinsip, strategi, metode, dan cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pendidikan berkarakter ini. Oleh karena itu, pada postingan kali ini, admin ingin mengajak semua pembaca untuk ikut ambil bagia dalam proses pendidikan di Indonesia, mungkin akan sangat membosankan bagi Anda semua, tetapi jika bukan kita yang membangkitkan dunia pendidikan kita sendiri, siapa lagi ?, kita tidak bisa selamanya mengharapkan agar pemerintah yang selalu turun tangan dalam urusan ini. Jika segala usaha telah dilakukan pemerintah, namun sebagai masyarakat kita tidak berbuat apa-apa sama saja tidak ada artinya. Baiklah, agar tidak terlalu lama intermezzonya langsung saja kita bahas masalah pendidikan berkarakter ini. A. Pengertian Pendidikan Karakter Secara bahasa, karakter dapat pula dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, perilaku/tingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya, yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan, karena : Pertama, KTSP didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan peserta didikan dimasing-masing satuan pendidikan. Kedua, Tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikutui pendidikan lebih lanjut. Ketiga, Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi peserta didik didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan kita bias menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusian. Menurut Foerster ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter : 1. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. 2. Koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. 3. Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. ”Orang-orang modern sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior daninterior. ” Karakter inilah yang menentukan norma seorang pribadi dalam segala tindakannya. B. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur. Tujuan Pendidikan Karakter meliputi : 1. Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepaatan sosial dan religiositas agama. 2. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa. 3. Memupuk kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial. 4. Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 5. Agar siswa memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan pengahargaan harkat dan martabat manusia. C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan karakternya yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai di atas diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka,artinya masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi sekolah. Misalnya: taqwa kepada Tuhan, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan, dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama.. D. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan karakter Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja di sekolah tersebut. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang individu bisa mengubah dunia. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. E. Strategi dan Metodologi Pendidikan Karakter Strategi yang diterapkan oleh pendidikan karakter yaitu dengan menggunakan strategi terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai karakter dapat disampaikan melalui mata pelajaran: agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), pendidikan jasmani dan olah raga, IPS, bahasa Indonesia dan pengembangan diri. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh harus menentukanmetode yang dipakai, sehingga tujuan pendidikan karakter itu akansemakin terarah dan efektif. Adapun unsur-unsur yag harus dipertimbangkan dalam menentukan metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter antara lain : Mengajar, yaitu dengan cara mengajarkan nilai-nilai itu sehingga peserta didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bias dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. Keteladanan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, kepalasekolah, dan staf administrasi disekolah yang dapat dijadikan sebagai model teladan bagi siswa.Karena siswa akan lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Menentukan prioritas, yaitu setiap yang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan yang ingin menekankan pendidikan karakter juga harus memahami secara jernih prioritas nilai apakah yang ingin ditekankan dalam pendidikan karakter dalam satuan pendidikan tertentu. Refleksi, yaitu mengadakan semacam pendalaman, refleksi untuk melihat sejauh mana satuan pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikankarakter. Metode-metode yang bisa diterapkan dalam pendidikan karakter misalnya dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (InculcationApproach), perkembangan moral kognitif, analisis nilai (Values Analysis Approach), klarifikasi nilai, pembelajaran berbuat (ActionLearning Approach), Student Active Learning, Developmentally Appropriate Pro Contextual Learning yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. F. Penilaian Pendidikan Karakter Penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan serta perkembangan karakter yang dicapai siswa. Tujuan penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai yang dirumuskan sebagai standar minimal telah dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dihayati, diamalkan, diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan karakter lebih dititik beratkan kepada keberhasilan penerimaan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai karakter yangditerapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu maupun kelompok. Cara penilaian pendidikan karakter pada peserta didik dilakukan oleh semua guru. Penilaian dilakukan setiap saat, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, dikelas maupun di luar kelas dengan cara pengamatan dan pencatatan. Instrumen penilaian dapat berupa lemabar observasi, lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list, dan lembar pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh dari berbagai teknik penilaian kemudian dianalisis oleh guru untuk memperoleh gambaran tentang karakter peserta didik. Gambaran menyeluruh tersebut kemudian dilaporkan sebagai suplemen buku rapor oleh wali kelas. Peningkatkan Mutu Pendidikan Karakter Di Jenjang Pendidikan Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak dilingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.

Source: http://www.majalahsiantar.net/2012/06/memahami-pendidikan-karakter.html

Check This Out..
Pendidikan Karakter - Semua masyarakat di dunia ini pasti ingin agar pendidikan di negaranya dapat menghasilkan generasi penerus yang dapat membawa negaranya kearah perubahan yang lebih baik, begitu pula dengan Indonesia. Saat ini kita sering mendengar kata pendidikan berkarakter, dan kita yang memang berada di dunia pendidikan tak jarang masih juga belum memahami arti, pengertian, tujuan, nilai-nilai, prinsip, strategi, metode, dan cara meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pendidikan berkarakter ini. Oleh karena itu, pada postingan kali ini, admin ingin mengajak semua pembaca untuk ikut ambil bagia dalam proses pendidikan di Indonesia, mungkin akan sangat membosankan bagi Anda semua, tetapi jika bukan kita yang membangkitkan dunia pendidikan kita sendiri, siapa lagi ?, kita tidak bisa selamanya mengharapkan agar pemerintah yang selalu turun tangan dalam urusan ini. Jika segala usaha telah dilakukan pemerintah, namun sebagai masyarakat kita tidak berbuat apa-apa sama saja tidak ada artinya. Baiklah, agar tidak terlalu lama intermezzonya langsung saja kita bahas masalah pendidikan berkarakter ini. A. Pengertian Pendidikan Karakter Secara bahasa, karakter dapat pula dipahami sebagai sifat dasar, kepribadian, perilaku/tingkah laku, dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Pendidikan Karakter adalah upaya penyiapan kekayaan batin peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya, yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan, karena : Pertama, KTSP didefinisikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan peserta didikan dimasing-masing satuan pendidikan. Kedua, Tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikutui pendidikan lebih lanjut. Ketiga, Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu : Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi peserta didik didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam satuan pendidikan kita bias menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusian. Menurut Foerster ada empat cirri dasar dalam pendidikan karakter : 1. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. 2. Koherensi yang member keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. 3. Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. 4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. ”Orang-orang modern sering mencampur adukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior daninterior. ” Karakter inilah yang menentukan norma seorang pribadi dalam segala tindakannya. B. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur. Tujuan Pendidikan Karakter meliputi : 1. Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilai-nilai universal, tradisi budaya, kesepaatan sosial dan religiositas agama. 2. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa. 3. Memupuk kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial. 4. Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 5. Agar siswa memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan pengahargaan harkat dan martabat manusia. C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai di bawah ini merupakan uraian berbagai perilaku dasar dan sikap yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagai dasar pembentukan karakternya yakni: nilai keutamaan, nilai kerja, nilai cinta tanah air (patriotisme), nilai demokrasi, nilai kesatuan, menghidupi nilai moral, nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai di atas diambil sebagai garis besarnya saja, sifatnya terbuka,artinya masih bisa ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dengan situasi sekolah. Misalnya: taqwa kepada Tuhan, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan, dapat dipercaya,rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, kewarganegaraan/citizenship, ketulusan, berani, tekun, integritas, jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, kerjasama.. D. Prinsip Pelaksanaan Pendidikan karakter Pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja di sekolah tersebut. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal, sebab mengandung resiko. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik dari mereka. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seorang individu bisa mengubah dunia. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. E. Strategi dan Metodologi Pendidikan Karakter Strategi yang diterapkan oleh pendidikan karakter yaitu dengan menggunakan strategi terintegrasi dalam mata pelajaran lainnya. Nilai-nilai karakter dapat disampaikan melalui mata pelajaran: agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), pendidikan jasmani dan olah raga, IPS, bahasa Indonesia dan pengembangan diri. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Pendidikan karakter agar dapat disebut sebagai integral dan utuh harus menentukanmetode yang dipakai, sehingga tujuan pendidikan karakter itu akansemakin terarah dan efektif. Adapun unsur-unsur yag harus dipertimbangkan dalam menentukan metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan karakter antara lain : Mengajar, yaitu dengan cara mengajarkan nilai-nilai itu sehingga peserta didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bias dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. Keteladanan, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, kepalasekolah, dan staf administrasi disekolah yang dapat dijadikan sebagai model teladan bagi siswa.Karena siswa akan lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Menentukan prioritas, yaitu setiap yang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan yang ingin menekankan pendidikan karakter juga harus memahami secara jernih prioritas nilai apakah yang ingin ditekankan dalam pendidikan karakter dalam satuan pendidikan tertentu. Refleksi, yaitu mengadakan semacam pendalaman, refleksi untuk melihat sejauh mana satuan pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikankarakter. Metode-metode yang bisa diterapkan dalam pendidikan karakter misalnya dengan menggunakan pendekatan penanaman nilai (InculcationApproach), perkembangan moral kognitif, analisis nilai (Values Analysis Approach), klarifikasi nilai, pembelajaran berbuat (ActionLearning Approach), Student Active Learning, Developmentally Appropriate Pro Contextual Learning yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan menyenangkan. F. Penilaian Pendidikan Karakter Penilaian adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan serta perkembangan karakter yang dicapai siswa. Tujuan penilaian dilakukan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai yang dirumuskan sebagai standar minimal telah dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dihayati, diamalkan, diterapkan dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian pendidikan karakter lebih dititik beratkan kepada keberhasilan penerimaan nilai-nilai dalam sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai karakter yangditerapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis penilaian dapat berbentuk penilaian sikap dan perilaku, baik individu maupun kelompok. Cara penilaian pendidikan karakter pada peserta didik dilakukan oleh semua guru. Penilaian dilakukan setiap saat, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, dikelas maupun di luar kelas dengan cara pengamatan dan pencatatan. Instrumen penilaian dapat berupa lemabar observasi, lembar skala sikap, lembar portofolio, lembar check list, dan lembar pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh dari berbagai teknik penilaian kemudian dianalisis oleh guru untuk memperoleh gambaran tentang karakter peserta didik. Gambaran menyeluruh tersebut kemudian dilaporkan sebagai suplemen buku rapor oleh wali kelas. Peningkatkan Mutu Pendidikan Karakter Di Jenjang Pendidikan Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak dilingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik.

Source: http://www.majalahsiantar.net/2012/06/memahami-pendidikan-karakter.html

Check This Out..
RINGKASAN MATERI MS.PUBLISHER
  • Microsoft Publisher dirancang untuk tujuan percetakan yang bersifat praktis.Walaupun secara praktis kita dapat juga membuat berkasnya dipengolah kata seperti Microsoft Word,MS.Publisher mempunyai kelebihan yaitu memiliki banyak template-template yang siap digunakan.
  • Microsoft Publisher adalah sebuah program aplikasi untuk sistem operasi Windows yang digunakan untuk Desktop publishing.Program ini merupakan buatan Microsoft Corporation,dan mulai pada versi Microsoft Office System 2003,telah diintegerasikan ke dalam paket tersebut.Kini,namanya menjadi Microsoft Office Publisher.Versi terbarunya adalah Microsoft Office Publisher 2007 yang terintegrasi dengan Microsoft Office Publisher 2007.
  • Perkembangan versi Microsoft Publisher adalah sebagai berikut :
                1.1991 Microsoft Publisher for Windows
                2.1993 Microsoft Publisher 2.0
                3.1995 Microsoft Publisher 3.0 for Windows 95
                4. 1996 Microsoft Publisher 97 (Windows 95)
                5.1998 Microsoft Publisher 98 (Windows 9x)
                6.1999 Microsoft Publisher 2000(Windows 9x,2000,ME)
                7.2001  Microsoft Publisher 2002(Windows 98,98SE,ME,2000,XP)
                8.2003  Microsoft Officee Publisher 2003(Windows 2000(SP3),XP)
                9.2007 Microsoft Office Publisher 2007(Windows XP,Vista)
  • Sejarah Microsoft publisher berawal dari tahun 1991.Jika dibandingkan dengan keluarga Microsoft office lainnya,Microsoft publisher yang temuda.Kala itu Microsoft publisher masih memiliki banyak kekurangan.Dengan berbagai perkembangan yang dilakukan oleh perusahaan perintisnya,Microsoft publisher memiliki segudang kemampuan yang tak ada digenerasi sebelumnya Kelebihan utama Microsoft publisher yaitu pengoperasiannya yang sangat mudah dan harganya yang relatif murah.
  • Langkah-langkah mengaktifkan Microsoft Publisher :
  1. Klik menu start
  2. Pilih All program
  3. Arahkan pointer mouse pada Microsoft Publisher 
  4. Klik Microsoft Publisher

  • Bagian-bagian yang terdapat didalam interface program MS Publisher yaitu:

                     1.Office Button
                     2.Quick Acess Toolbar
                     3.Tab Menu
                     4.Title Bar
                     5.Ribbon
                     6.Format Publication
                     7.Horizontal Scroll Bar

  • Menu-menu program MS Publisher yang sering digunakan setelah memilih jenis publisher terdapat pada bagian Tab Menu adalah :
  1. File
  2. Edit
  3. View
  4. Insert
  5. Format
  6. Tools
  7. Arrange
  8. Table
  • Langkah-langkah mempersiapkan dokumen baru di Microsoft Publisher 2007
  1. Pada menu bar klik file
  2. klik perintah new
  3. Pilih blank page sizes
  4. Pilih jenis dan ukuran kertas
  • Langkah-langkah untuk membuat file baru dengan menggunakan Microsoft publisher :
  1. Klik menu bar file
  2. Klik pilihan save atau Ctrl+S
  3. Tentukan drive dan folder sesuai keinginan,misalnya folder DATAKU pada drive C: (C:\DATAKU)
  4. Ketik nama file pada bagian File Name,misalnya nama filenya Brosur 1.
  • Langlah-langkah keluar dari program publikasi:
  1. Simpan tampilan yang telah dibuat atau disunting (diedit)
  2. Klik menu bar File,kemudian klik pilihan Exit(Alt+F4)
  3. Tunggu beberapa saat sampai jendela Publisher 2003 tertutup
  • Beberapa pekerjaan kantor yang dapat diselesaikan dengan menggunakan Microsoft Publisher adalah membuat kalender,brosur,benner,kartu nama,dan lain-lain.
  •  Microsoft Publisher 2013 menawarkan cara baru untuk bekerja dengan gambar sehingga bisa memindahkannya,menukarnya,dan menambahkan visual pop ke publikasi dengan gambar dan efek teks baru.
  • Langkah-langkah untuk membuka file yang telah disimpan dalam Microsoft publisher:
  1. Klik menu bar file 
  2. klik pilihan open(Ctrl+O),atau klik ikon open pada toolbar standard
  3. Tentukan drive dan folder file yang akan dibuka,misalnya folder DATAKU pada drive C: (C:\DATAKU )
  4. klik nama file yang akan dibuka,misalnya Brosur 1.pub.
  5. Klik tombol Open

                                               PENGERTIAN MATERI PENDIDIKAN



Image result for pengertian cakupan pendidikan


Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya
materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar,serta tercapainya indikator.

Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran tersebut.

Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.

B. Jenis-Jenis Materi Pendidikan / Pembelajaran Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut. 1. Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh: dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran Indonesia.

2. Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya. Contoh: penyimpangan sosial adalah suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat (Horton & Hunt 1987: 191), dsb.
3. Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh: Perilaku menyimpang timbul karena tidak adanya nilai atau norma yang dapat ditaati secara teguh, diterima secara luas, dan mampu mengikat serta mengendalikan masyarakat (Emile Durkhaim, 1897), dsb.
4. Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh: praktik penelitian sosial, dsb.
5. Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja, dsb. Contoh: aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.
Cakupan materi pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan isi/materi pendidikan relevan. Kita tahu bahwa tujuan pendidikan itu sangat luas, mulai dari tujuan umum samapai ke tingkat tujuan khusus yang sekecil-kecilnya. Guru harus dapat memberi penafsiran yang tepat mengenai jenis dan fungsi tujuan yang akan dicapainya secara konkret, sehingga dapat memilih bahan/materi dengan aspek kogniitf, afektif, dan psikomotor. Untuk mencapai tujuan tersebut isi/bahan yang tepat harus dipilih.
Kreteria atau syarat utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan itu adalah
1. Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
2. Bahan/materi harus sesuai dengan peserta didik.
Materi yag diberikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, yang mengandung nilai-nilai yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa. Dalam menentapkan bahan/materi tersebut, karakteristik subjek didik pada fase perkembangan tertentu harus pula menjadi pertimbangan.
Pemilihan bahan/materi di samping harus sesuai dengan tujuan, dituntut pula agar sesuai dengan subjek didik yang dipelajarinya. Bahan/materi yang akan diberikan harus dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, menarik perhatian, minat, umur, bakat, jenis kelamin, latar belakang, dan pengalaman.
Selain bahan/materi tersebut juga perlu diorganisasikan menurut urutannya dengan memperhatikan keseimbangan dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang konkret menuju yang abstrak, sehingga dapat menuntun para pelajar secara runtun/sistematis, sehingga melahirkan kurikulum.
Berdasarkan hal diatas, guru harus memilih bahan/materi yang perlu diberikan, bahan mana yang tidak perlu. Untuk itu guru harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
Bahan/materi harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan. Hanya bahan/ materi yang sesuai dan menunjang tujuan yang perlu diberikan.
Urgensi bahan, yaitu bahan/materi itu penting untuk diketahui oleh peserta didik.
Nilai praktis atau kegunaannya diartikan sebagai makna bahan itu bagi kehidupannya sehari-hari.
Bahan tersebut merupakan bahan wajib, sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Bahan yang susah diperoleh sumbernya, perlu diupayakan untuk diberikan oleh guru. Untuk bahan yang mudah diperoleh sebaiknya ditugaskan untuk dipelajari, sedangkan guru hanya berbicara pokok-pokoknya saja.
PEMBIDANGAN
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.